Konon pada suatu senja menjelang saat berbuka puasa pada zaman kejayaan khalifah Harun Arrasyid, duduklah Abu Nawas [1] berhadapan dengan Harun Arrasyid, muridnya. Seperti biasa terhidanglah kurma ranum yang baru dipetik, masing- masing segelas air dingin yang baru saja diambil ari pengunungan, Maka bertanyanlah Abu NAwas pada Harun Arrasyid:
“Ya Amiral Mukminin, andaikan di dunia ini tidak ada air lagi, dan yang ada hanya segelas dihadapanmu ini, erapakah harga yang akan tuan bayarkan untuk mendapatkan segelas air ini?” Setelah berfikr sejenak berkatalah Harun Arrasyid:”Untuk mendapatkan segelas air itu aku rela membayar dengan separuh kerajaanku”.Tanda berbuka puasa pun sudah terdengar. Air di gelas itu sudah diminum habis dengan nikmatnya. Sekali lagi Abu Nawas bertanya : ” Ya Amiral Mukminin, andaiakata air segelas uang sudah tuan minum itu, tidak bias dikeluarkan dari dalam tubuh tuan, berapakah harga yanag akan tuan bayarkan untuk mengeluarkannya?” Harun Arrasyid termenung memikirkan betapa susahnya, betapa kacaunya sisitem tubuh, andaikata seseorang tidak bisa kencing, tidak bisa berkeringat.
Harun Arrasyid menjawab: “ jika hal itu terjadi, biarkanlah aku serahkana kerajaanku yang seprauhnya, agar air yang kuminum ini bias keluar dari tubuhku”. Kisah soal jawab antara guru dengan murid ini benar-benar terjadi. Kita baru tahu bahwa nilai suatu benda itu adalah nisbi. Nilai Segelas air ternyata sama dengan nilai selruh kerajaan.
Didalam kisah ini tentunya ada makna yang tersirat dan pesan-pesan bagi kita semua, disini saya tidak akan mengatakan aapa makna dan pesan yang tersirat pada kisah ini, semuany asaya pulangkan pada anda, terserah anda mau memahaminya bagaiamana, yang jelas fa ‘tabiru ya ulull abshar,,,,
Syukuri apa yang ada……………..
1 komentar:
Kisah yang sangat bernilai. Nilai suatu benda memang nisbi.. Suka sekali.
AnsopiY
Posting Komentar